Cerita Sex : Memperkosa Janda Bahenol

Cerita Sex  : Memperkosa Janda Bahenol  Lailia adalah seorang janda berumur 43 tahun. Ia memiliki dua orang anak lelaki yang beranjak dewasa, yaitu Firman yang berumur 17 tahun, serta Tommy yang berusia 2 tahun lebih muda. Kehidupan terasa sangat berat bagi Lailia sejak ditinggal mati suaminya 7 tahun lalu. Untuk menyambung hidup dan membesarkan anak-anaknya, Lailia membuka usaha sebagai penjahit pakaian dirumahnya yang sederhana dan terkadang menjadi perias pengantin panggilan. Sebenarnya sosok Lailia masih cukup menarik, wajahnya manis dengan hidung bangir dan bibir yang tipis kendati keriput kecil mulai tampak disudut matanya.

Kulitnya kuning langsat dan tubuhnya yang bertinggi berat 160 cm /52 kg masih membuat mata para lelaki jelalatan, terutama jika memandang wilayah dadanya yang dihiasi sepasang payudara berukuran 36 b dan pinggulnya yang membulat bak gitar spanyol dengan bokong yang masih menonjol. Banyak lelaki yang mencoba mendekati Lailia, bahkan ada beberapa yang serius ingin melamarnya. Namun Lailia masih menutup diri dari uluran cinta lelaki lain, bukan karena ia tidak membutuhkannya. Jauh dilubuk hatinya terpendam kerinduan akan kasih sayang seorang pria dan iapun mengharapkan ada seseorang yang meringankan beban hidupnya. Hanya saja Lailia merasa belum menemukan pria yang tepat, lagipula ia khawatir anak-anaknya tidak menyetujuinya untuk menikah lagi,atau bahkan tidak cocok dengan pria pilihannya. Kekhawatirannya akhirnya terbukti, mereka,anak-anaknya memang tidak menyetujuinya untuk menikah lagi karena justeru anak-anaknyalah yang…menginginkan tubuh indahnya.

Beginilah kisahnya.Kesibukan Lailia dengan usaha jahitannya membuatnya jarang berkomunikasi dengan anak-anaknya. Ia pun kurang menyadari bahwa anak-anaknya mulai memasuki masa pubertas menjelang dewasa. Lailia tidak begitu peduli kalau anak-anaknya memandang dengan hasrat lain ketika ia keluar kamar mTommy hanya berlilitan handuk. Ia pun tidak menyadari kalau sisulung sering mengintipnya berganti pakaian dikamarnya melalui celah-celah dinding papan yang mulai rapuh. Kamarnya memang bersebelahan dengan kamar Firman dan Tommy.

Waktu menunjukkan pukul 22.00 malam ketika Lailia baru saja menyelesaikan pesanan jahitan terakhir. Rasa kantuk mulai menderanya. Lailia lalu menuju kamar tidurnya, mengganti pakaian kerjanya dengan daster tanpa lengan yang menampakan ketiaknya yang putih bersih.Ia kemudian merebahkan dirinya diatas ranjang besi yang reot dengan terlebih dahulu mematikan lampu kamar dan menghidupkan lampu teplok. Lailia segera tertidur lelap dengan mengeluarkan dengkuran halus tanpa menyadari bahwa ada sepasang mata yang mengawasinya dengan tajam.

Sayup-sayup terdengar denting tiang listrik yang dipukul para peronda malam ketika waktu menunjukan tepat pukul 00.00 tengah malam. Saat itu sesosok tubuh laki-laki bercadar sarung dengan bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendek mendekati ranjang dimana Lailia terbaring dengan posisi amat menggairahkan. Terlentang dengan satu kaki menekuk ke atas sehingga pahanya yang putih tersingkap. Kedua tangannya terpentang kesamping kanan dan kiri dengan kepala tergolek kekiri. Payudaranya yang masih sekal naik turun seiring hembusan nafasnya yang teratur. Lelaki misterius itu nampak agak tertegun dan ragu. Namun dengan satu gerakan kilat ia segera menerkam dan menindih tubuh Lailia lalu mengeluarkan pisau lipat dan dicungkan didepan wajah Lailia yang seketika itu juga bangun dengan perasaan amat terkejut dan takut.

Ia mencoba meronta-ronta namun gerakannya terhenti ketika mendengar ancaman si lelaki bercadar “jangan bergerak atau berteriak kalau tidak ingin mati!”, ancam silelaki sambil mengayun-ayunkan belatinya.”ja…jangan sakiti aku, ambillah harta benda yang kamu inginkan, ta..tapi jangan lukai aku” ujar Lailia dengan nada memelas dan suara bergetar. Si lelaki bertopeng kemudian menyisipkan pisaunya tepat dibawah tali bahu daster dan bh Lailia sebalah kiri, lalu..tess. Tali itu terputus,..sadarlah Lailia kalau si lelaki bertopeng tidak menginginkan harta bendanya yang memang tidak seberapa, tapi tubuh moleknya.

Bulu kuduknya merinding dan tubuhnya semakin gemetar hebat karena deraan rasa takut yang amat sangat.Lalu…tess, tali daster berikutnya terputus.Lailia mulai menangis terisak, si lelaki bercadar kemudian menyisipkan pisaunya kedalam belahan dada Lailia, lalu..prekk, daster Lailia terkuak di bagian dada sehingga memperlihatkan bh ungu Lailia yang selintas agak kekecilan menutup dua bukit kembarnya. Si lelaki misterius mendengus kencang, kemudian menyusupkan kembali pisau nya tepat di tengah-tengah bha Lailia, mengarahkan mata pisau ke atas lalu “prrt”, bh itu terputus ditengah-tengah.

Lailia semakin ketakutan dan mencoba meminta belas kasihan,”tolong, jangan perkosa aku”, ujarnya dengan terisak. Silelaki kini dengan leluasa menyibakkan bh Lailia, matanya terbelalak menyaksikan sepasang payudara indah yang putih mulus ditempa cahaya remang lampu teplok, lalu dengan penuh nafsu tangannya segera meremas-remasnya dan memuntir-muntir putingnya yang kecoklatan. Lailia meringis menahan rasa ngilu akibat remasan tangan si pria bertopeng yang begitu keras.Lalu tiba-tiba “prekk”, terdengan suara robekan kain ketika dua tangan si pria misterius kembali merobek daster Lailia dengan kejam sehingga kini tubuh Lailia benar-benar tersingkap, hanya tinggal celana dalam warna hitam yang menutupi tubuhnya.

Si lelaki bertopeng lalu berlutut di atas paha Lailia, dengan tenang ia sisipkan belatinya yang berkilat ditempa cahaya lampu ke balik celana dalam Lailia melalui paha sampai ujungnya menyembul ditepi atas celana dalam Lailia, dan “prrrt”, celana dalam itu terkoyak tepat di sisi kiri, nafas Lailia seolah terhenti namun ia tak mampu berbuat apapun. Ia terlalu takut untuk berontak. Sekali lagi si lelaki bercadar menyisipkan pisau disisi lain celana dalam Lailia, dan “prrt”, kini selangkangan Lailia yang ditutupi bulu-bulu hitam yang lebat benar-benar tersingkap. Si lelaki nanar melihat pemandangan didepannya,lalu “wutt”, dengan satu renggutan ditariknnya celana dalam Lailia kemudian dengan paksa menyumpalkannya kemulut Lailia.

Lailia hanya bisa gelagapan dan menutup matanya yang berlinangan air mata, sampai akhirnya matanya membelalak ketika merasakan pahanya dilebarkan dan satu benda asing memasukinya dengan kasar. Ternyata jari tangan si lelaki yang bergerak maju mundur dan mengorek-ngorek isi vaginanya seolah-olah tengah mencari sesuatu. Tubuh Lailia berkelojotan menahan sakit dan…hasrat lain yang coba ditepisnya sekuat hati.”ahh, aku memang merindukan sentuhan lelaki, tapi tidak dengan cara ini” gumamnya dalam hati. Nafas si lelaki bertopeng semakin memburu seiring dengan semakin memucatnya wajah Lailia melihat tonjolan benda dibalik celana pendeknya. Lailia kembali memejamkan mata seolah menolak kenyataan buruk yang akan menimpa dirinya. Dengan berlutut si pria bertopeng meloloskan celana pendeknya, kemudian merangkak di atas tubuh Lailia. Lailia seakan berhenti bernafas melihat kemaluan si pria bertopeng yang cukup besar dan tampak tegang dengan sempurna.

Tangannya secara kasar membuka paha Lailia yang dengan sekuat tenaga dirapatkan sedemikian rupa. Itulah satu-satunya perlawanan terakhir Lailia,namun apalah artinya tenaganya dibTommyngkan si lelaki yang tengah kesetanan dirasuki birahi. Maka ketika paha Lailia akhirnya membuka,dengan ganas si pria bertopeng menghentakan pantatnya ke bawah, dengan paksa penis tegangnya menerobos lubang vagina Lailia. Lailia menjerit keras merasakan sakit diselangkangannya seolah-olah ada sebatang kayu keras yang ditusukkan ke dalam memeknya.Si lelaki bertopeng merasakan betapa seretnya lubang vagina korban perkosaannya ini. Penisnya terasa ngilu, namun dengan kasar ia terus menaik-turunkan tubuhnya sehingga beberapa menit kemudian ia merasakan jika lubang memek itu semakin licin tanda banyaknya lendir yang dikeluarkannya.

Ya, Lailia yang tadinya merasa kesakitan, lambat laun tak mampu lagi menahan hasrat bahwa ia pun sangat ingin merasakan kembali kenikmatan hubungan sex yang lama tak dialaminya. Perlahan-lahan ia merasakan betapa nikmat rasanya gesekan yang terjadi antara penis tegang si pemerkosa dan vaginanya. Kini Lailia mulai merintih-rintih sebagai ekspresi rasa nikmat yang dialaminya. Namun karena sumpalan dimulutnya sipemerkosa tak mendengarnya. Sampai akhirnya tubuh Lailia mengejang lalu denyutan-denyutan hebat bergolak didalam vulvanya.Lama sekali sensasi luar biasa itu dirasakannya.Lailia hampir tidak percaya dan malu sekali kalau ternyata ia mengalami kepuasan dari pemerkosaan atas dirinya.

Sang pemerkosa yang tidak memahami hal itu terus berkelojotan dengan buas di atas tubuh Lailia sampai akhirnya ia melenguh keras lalu merangkul Lailia dengan kuat seolah-olah hendak meremukan tubuh molek itu. Sedetik kemudian Lailia merasakan semprotan-semprotan cairan hangat di dalam rahimnya, lalu tubuh si lelaki bertopeng rebah di atas dirinya dengan nafas terengah-engah puas. Menyadari si pemerkosa dalam keadaan lemas,Lailia mencoba melepaskan ikatan ditangannya…dan berhasil. Tangannya yang terbebas segera mendorong tubuh si pemerkosa hingga terjengkang ke bawah ranjang, lalu merenggut cadar sarung pria tersebut, dan Lailia terkejut bukan kepalang mengetahui kalau pemerkosa dirinya tak lain adalah…Firman! anak kandungnya sendiri.

“Firmani!!, apa yang kau lakukan? mengapa kamu tega menodai ibu? teriak Lailia sambil menangis keras. Tangannya memukuli Firman yang terduduk pasrah di sisi ranjang. “Keluaar kamu!!!”, teriak Lailia lagi. Firman dengan gugup menuruti perintah ibunya,tanpa sempat mengenakan celana ia keluar kamar sambil memungut celana dan sarungnya yang tercecer. Duduk di tepi ranjang,Lailia terus menangis sambil menutupi wajahnya. Tubuhnya yang telanjang tidak dipikirkannya lagi. Sampai kemudian ia merasakan cairan sperma yang masih hangat mengalir keluar dari lubang memeknya dan terus membanjiri sprei yang awut-awutan.Lailia berdiri, dengan keadaan telanjang lalu keluar kamar menuju kamar mTommy. Setelah membersihkan tubuhnya Lailia kembali ke kamar, menatap daster dan pakaian dalamnya yang terkoyak,serta seprei yang awut-awutan di atas ranjang reotnya.Lailia terisak mengingat tragedi yang baru saja dialaminya, ia mengambil sarung untuk menutupi tubuh bugilnya lalu berusaha untuk tertidur.

Lailia sudah berada di belakang mesin jahitnya ketika pagi itu Tommy yang sudah berseragam pamit ke sekolah. Tak beberapa lama disusul Firman, ia melangkah tertunduk takut menatap wajah ibunya. Lailia berkata ketus,”Firman! jangan kamu ulangi perbuatanmu tadi malam atau kamu ibu usir dan kulaporkan ke polisi!”. Firman melangkah tanpa menoleh ke arah ibunya.

Sudah 3 hari Firman tidak bertegur sapa dengan ibunya. Malam menjelang larut ketika Firman berbaring menatap langit-langit. Pikirannya berkecamuk mengingat peristiwa 3 malam yang lalu dan menahan hasrat yang begitu menggebu untuk mengulangi lagi perbuatan mesumnya. Sebelumnya ia tak pernah menyangka, ternyata begitu nikmat tubuh seorang wanita, kendatipun itu ibunya sendiri.Khayalannya membuat dirinya tidak mampu lagi menahan birahinya,”ah, biarlah..apapun yang terjadi aku akan ngentot ibu lagi..” gumamnya.

Tiba-tiba adiknya Tommy yang baru saja selesai belajar berkata ,” mas, kemarin dimarahi ibu ya?memangnya mas Firman punya salah apa?, “kamu tahu apa anak kecil? jawab Firman ketus. Namun tiba-tiba muncul ide di benak Firman. “Ndi, sini aku tunjukin sesuatu”, kata Firman kepada adiknya. Lalu Firman mengajak Tommy mendekati dinding papan kamarnya dan menyuruhnya mengintip ke kamar sebelah tempat ibunya melalui lubang-lubang kecil di sela-sela papan.Tak berapa lama Lailia masuk ke kamar. Melepas pakaian yang biasa dipakainya bekerja, lalu menggantinya dengan daster murahan tanpa lengan tanpa menyadari semua aktivitasnya tengah disaksikan seseorang. “Gimana Ndi? tanya Firman pada adiknya. “Wah, mas ternyata nakal..tapi ibu cantik juga ya?! tadi pake celana dalam merah” jawab Tommy lugu. Firman menjewer telinga Tommy lalu membisikan sesuatu.”Ngga ah mas, takut” kata Tommy.”Sudah tenang saja,paling cuma dimarahin”kata Firman meyakinkan.

Malam sudah larut ketika dua pasang kaki mengendap-ngendap menuju kamar Lailia. Sampai didepan pintu kamar mereka berhenti sejenak.Lalu perlahan-lahan mendorong pintu kamar yang memang tidak berkunci, hanya diganjal kursi oleh Lailia ang takut anaknya berbuat nekad. Lailia tengah mendengkur halus, tubuhnya telentang dan pahanya yang putih tersingkap lebar sehingga celana dalamnya kelihatan. Bibirnya setengah terbuka dan dadanya yang naik turun membawa serta dua bukit kembar di atasnya. Sungguh suatu pemandangan menggiurkan bagi siapapun yang melihatnya apalagi bagi sepasang remaja yang tengah menginjak masa puber. Mereka mendekati Lailia, Firman dengan hati-hati mengangkat kedua lengan Isanti ke atas kepalanya lalu mengikatnya dengan seutas tali rafia yang sudah disiapkannya.

Tommy melebarkan kedua belah paha mulus ibunya dan memegangi pergelangan kakinya. Lailia masih tertidur lelap tanpa menyadari kegiatan anak-anaknya. Firman lalu melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya. Penisnya telah berdiri tegang. Lalu merangkak ke atas tubuh ibunya dan tanpa ba bi bu lansung merenggut kasar daster Lailia hingga terkoyak lebar. Lailia tersentak lalu menjerit, namun Firman segera membekap mulutnya dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya membetot bh Lailia hingga terlepas, lalu kakinya mendorong celana dalam Lailia ke bawah. Lailia mencoba menendang, namun segera menyadari kalau kakinya dipegangi seseorang, entah siapa karena kepalanya tak mampu mendongak untuk melihat karena tertahan tangan Firman.

Matanya kini terpejam pasrah dan mulai menangis. Dengan menghentak Firman menurunkan pantatnya dan..blesss, kontolnya dengan paksa menyeruak masuk ke dalam rongga dimana ia dilahirkan. “mmmmhhhh”, teriakan Lailia tertahan dan matanya membelalak menahan sakit di selangkangannya dan sakit di dalam hatinya. Firman merasakan vagina ibunya begitu seret namun terus bersemangat manikturunkan tubuhnya, mulutnya mendesis-desis menahan rasa nikmat. Tommy menyaksikan semua peristiwa di depannya dengan tegang, nafsunya menggelegak hebat. Yakin bahwa ibunya tak lagi berontak Tommy segera melepaskan kaki Lailia.

Cukup lama Firman berkelojotan di atas tubuh molek ibu kandungnya. Keringatnya bercucuran membasahi tubuhnya dan tubuh Lailia. Tubuh Lailia terguncang-guncang hebat akibat gerakan Firman yang ganas, air matanya terurai dan mulutnya yang kini tidak lagi dibekap merintih-rintih , entah menangis entah menikmati perkosaan brutal itu. Tiba-tiba tubuh Firman mengejang lalu mendekap tubuh ibunya erat-erat,dan..”ssshhh, nikmaattt,uuhhh” Firman melenguh panjang kemudian menumpahkan spermanya yang sangat banyak di dalam lubang memek ibunya. Tubuh Firman roboh di atas tubuh Lailia, untuk beberapa saat Firman menatur nafasnya yang masih tersengal-sengal kemudian berkata kepada Tommy,”giliranmu! seraya turun dari ranjang.

Tommy yang sedari tadi menahan nafsu dengan semangat segera bertelanjang bulat dan menaiki ranjang. Selintas melihat wajah ibunya yang basah oleh keringat dan air mata. “kamu juga Tommy?, kata ibunya memelas dengan masih terisak namun telentang pasrah. Sekejap Tommy merasa ragu namun..”ayo, cepat”, suara Firman yang menghardik segera menghilangkan keraguannya. Bak profesional, ia melebarkan paha ibunya, menunggingkan pantatnya lalu..bless..kontol tegangnya menerobos dalam liang senggama Lailia. Tubuh Lailia kembali terguncang-guncang hebat.Tommy yang baru pertama kali mencicipi kenikmatan tubuh wanita dengan aktif menaikturunkan tubuh sebelah bawahnya, nafasnya tersengal-sengal dan keringat bercucuran di punggungnya.

Firman yang baru saja mengalami peredaan usai orgasme lambat laun kembali nafsunya bangkit menyaksikan tarian erotis adiknya di atas tubuh ibunya.”cepat Ndi!, aku pengen lagi”,perintah Firman kepada adiknya. Tommy yang masih pemula memang tidak lama bermanuver di atas tubuh sensual Lailia, tiba-tiba tubuhnya mengejang dan sekali lagi…lubang memek Lailia kembali dibanjiri sperma anak kandungnya sendiri.Tepat ketika Tommy merangkulnya erat sebagai reaksi orgasmenya, Lailia pingsan tidak sadarkan diri. Namun Firman yang kembali naik berahinya tidak ambil peduli.

Didorongnya Tommy yang masih mabuk dalam orgasmenya hingga tersingkir dari tubuh Lailia yang terdiam pasrah. Firman melebarkan paha Lailia, mengelap selangkangan ibunya yang berceceran sperma dengan kain bekas robekan daster hingga kering. Kemudian kembali ia merangkak di atas tubuh Lailia dan mengulangi lagi siksaan seksual terhadap raga indah ibunya itu. Tubuhnya kembali berkelojotan dengan liar dan ganas.Namun tak berapa lama Tommy, adiknya berkata’” mas, gantian dong”,”enak saja,uhhhs, ka…kalo kamu mau, da…dari lubang satunya shhhh! jawab Firman sambil melenguh karena dirasuki kenikmatan, lalu sambil merangkul tubuh Ibunya Firman berguling sehingga kini ganti tubuh Lailia yang masih tak sadar berada di atas tubuh Firman yang terus bergoyang.

Tommy segera mafhum apa yang dimaksud kakaknya dengan lubang yang lain, ia segera beranjak dan berlutut di hadapan tubuh belakang ibunya yang sexy. Disaksikannya kontol Firman yang dengan ganas masuk keluar lubang peranakan Lailia. Tommy mendekat lalu mengarahkan kepala penisnya ke mulut dubur Lailia, namun sulit sekali masuk. Lubang itu terlalu sempit dan memang tidak disiapkan untuk itu. Tommy kemudian turun, lalu melumuri kontolnya dengan handbody lotion murahan milik ibunya. Kembali ia dekati tubuh Lailia yang tengah digarap Firman dari bawah. Ia lumuri juga lotion itu di pintu anus ibunya.

Lalu perlahan tapi pasti ia mulai penetrasi hingga…blesss….seluruh batang kontolnya amblas ditelan anus Lailia. Lailia yang pingsan tersadar akibat merasakan suatu benda memasuki dan menyakiti anusnya, di mana satu benda lain juga tengah keluar masuk bagian tubuhnya yang paling rahasia. Ia berteriak ‘ahhhh.hhbbbbb’ teriakannya terhambat karena bibirnya disumpal oleh bibir Firman.Lailia kini ibarat sosis di antara roti hamburger. Semua rongga tubuhnya telah dimasuki benda asing.”‘ ouhh, siksaan apa lagi ini?’gumam Lailia dalam hati sambil menangis.

Namun lambat laun ia merasakan sensasi aneh dari keliaran anak-anaknya. Perlahan-lahan fantasi liarnya muncul.”Mengapa tidak aku nikmati saja?toh semuanya telah terjadi”,gumamnya lagi. Maka perlahan-lahan vagina memproduksi cairan lendir yang semakin banyak. Lalu mulutnya pun mulai merintih-rintih,pertama-tama rintihan halus, namun semakin lama semakin keras suaranya bahkan melebihi erangan-erangan nikmat kedua anak kandungnya. Firman dan Tommy tadinya terkejut, namun akhirnya justeru semakin bersemangat karena suara erangan ibunya menambah rangsangan pada diri keduanya.”Ssshhh,nnggghhh, oucch sshhh”, erang Lailia.

“ayo terus shhh Firman, ouchhh entot terus ibu ahhhs, An..Tommy yang keras awww…sshhh”, rintih Lailia memacu semangat anak-anaknya.”sshhh, bu…nikmat, ahhh,memek ibu nikmaaattt sssh”, erang Firman.Dan beberapa menit kemudian tubuh Lailia mengejang hebat, ia merangkul Firman erat-erat lalu berteriak “‘aaaaahhhhhh, ibu sampaiii ngghhh!’,Lailia mencapai orgasme. Tubuhnya yang menegang otomatis menjepit ketat kontol Tommy di anusnya serta kontol Firman di vaginanya. Jepitan itu memacu Tommy mencapai orgasmenya yang kedua , lalu …serrrr…spermanya kembali tumpah di dalam anus. “ibuuuu.a..aku keluaarrrr”‘erang Tommy lalu rebah layu di atas punggung Lailia.”a..aku juga keluaar ouhhh, nikmaatttt”, erang Firman.

Lama Ibu dan anak itu kerasukan orgasme masing-masing. Tommy kemudian menjatuhkan tubuhnya ke samping, disusul Lailia. Kini Lailia berbaring di antara dua anaknya. Nafas mereka masih tersengal-sengal. Lailia kemudian merangkul kedua anaknya lalu berkata”‘ kalian memang anak ibu yang nakal-nakal”, sambil mencubit keduanya pelan. Kemudian dengan liar bergantian ia lumat bibir Firman dan Tommy dengan bibirnya.Tommy kemudian berbaring miring lalu sebeah tangannya hinggap di atas sebelah payudara ranum ibunya sambil memain-mainkan putingnya. Firman mengikuti ulah adiknya. Lailia tertawa kecil.”Kalian boleh menikmati tubuh ibu, tapi harus bergantian. Ibu ngga kuat harus melayani sekaligus, dan ibu minta jangan pernah lagi mengeluarkan mani di dalam memek ibu, mengerti? ujar Lailia sambil menjewer telinga kedua anaknya. Dan sejak itu kehidupan liar ibu dan dua anaknya itu terus berlangsung.

Tidak ada komentar:

Blog Archive

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...